
Kita mulai recap Queen Mantis episode 1. Atmosfernya langsung mencekam. Sinopsis Lengkap bisa kamu baca di sinopsis Queen Mantis (2025).
Berlatar pada Oktober 2025, penonton disuguhkan adegan pembuka berupa penemuan mayat di sebuah aliran sungai. Korban adalah seorang pelaku kejahatan seksual yang baru saja bebas bersyarat. Tubuhnya ditemukan dalam kondisi mengenaskan—dicekik hingga tewas, lidahnya dipotong dan dimasukkan ke bagian belakang tubuhnya. Kekejaman ini bukan hanya brutal, tapi juga mengandung pesan simbolik yang mengerikan.
Kilas Balik ke Masa Lalu: Awal Mula Kasus Mantis
Kejadian tersebut memicu ingatan lama dari Kepala Polisi Choi Jeong-ho, yang langsung terlempar kembali ke tahun 2001. Saat itu, ia menangani kasus pertamanya yang melibatkan seorang pembunuh berantai wanita bernama Jeong I-shin, dijuluki “Mantis”. Targetnya adalah para pelaku kekerasan dan pelecehan. Metode pembunuhannya pun tak kalah sadis—mulai dari mutilasi, pemenggalan kepala, hingga penenggelaman. Setelah berbulan-bulan penyelidikan tanpa hasil, Jeong-ho akhirnya berhasil menangkap Mantis berkat pengakuan langsung dari pelaku.
Masa Kini: Kasus Baru, Bayangan Lama
Kembali ke tahun 2025, Unit Kejahatan Besar di Kepolisian Nambu menerima kasus baru yang tampaknya meniru gaya pembunuhan Mantis. Tidak ada petunjuk yang jelas, dan tekanan yang dihadapi tim sangat besar. Detektif Kim Na-hee bahkan sampai pingsan karena stres. Meski begitu, reputasinya sebagai polisi yang kompeten tetap terjaga, dan kabar tentang kemungkinan promosi sebagai pemimpin tim mulai beredar.
Sementara publik percaya bahwa Mantis telah meninggal, kenyataannya ia masih hidup dan menjalani kehidupan mewah di dalam Penjara Anwon. Ia menghabiskan waktu dengan mendengarkan musik klasik dan menggambar. Yang mengejutkan, ia memiliki seorang putra bernama Jeong-ho, yang sangat ia sayangi. Begitu mendengar kabar tentang pembunuh peniru, Mantis langsung menulis surat kepada Kepala Choi Jeong-ho.
Detektif Su-yeol: Anak dari Sang Pembunuh
Di tempat lain, Detektif Narkotika Cha Su-yeol sedang menangani kasus yang tak kalah rumit. Seorang ibu pecandu narkoba membunuh suaminya dan mencoba menghabisi putrinya, Eun-ae. Dalam situasi genting, Su-yeol mengambil risiko dan menembak si ibu di bagian kaki. Tindakannya menuai kritik dari atasannya, terutama karena harus menangani anak korban hingga pihak layanan sosial turun tangan.
Lambat laun, terungkap bahwa Su-yeol sebenarnya adalah Jeong-ho, anak dari Mantis. Ia dibesarkan oleh seorang pendeta setelah ibunya ditangkap. Masa kecilnya yang kelam membuatnya memiliki pandangan kompleks tentang peran seorang ibu. Trauma masa lalu itu kini kembali menghantuinya saat ia melihat Eun-ae dan ibunya.
Dilema Moral dan Strategi Kepolisian
Kepala Choi Jeong-ho berdiskusi dengan mantan atasannya yang kini menjadi komisaris. Mereka geram karena Mantis bisa hidup nyaman di penjara sebagai bagian dari kesepakatan pengakuan. Mereka harus segera menangkap pembunuh peniru sebelum publik mengetahui bahwa Mantis masih hidup. Satu-satunya cara adalah meminta bantuan dari Mantis sendiri. Namun, ia hanya bersedia berbicara dengan Su-yeol dalam suasana yang “rumah”.
Jeong-ho pun memberanikan diri mengungkap kesepakatan itu kepada Su-yeol, yang langsung marah besar. Ia menolak mentah-mentah dan pulang ke rumah menemui istrinya, Jung-yeon, seorang seniman keramik. Namun malam itu, pembunuh peniru kembali beraksi. Su-yeol mulai merenungkan kata-kata Jeong-ho bahwa menjadi polisi adalah cara untuk menebus dosa ibunya.
Akhirnya, Su-yeol setuju untuk bertemu dengan Mantis. Meski merasa permintaan ibunya konyol, ia tetap menjalankan tugas. Pertemuan berlangsung di rumah aman milik mantan Badan Intelijen Nasional, dijaga hanya oleh satu petugas. Su-yeol menyembunyikan cincin kawinnya, namun Mantis langsung menyadari bekasnya. Ia mencoba berbasa-basi, tapi Su-yeol tetap menjaga jarak dan bersikap dingin.
Menariknya, Mantis memiliki kebiasaan yang sama dengan putranya—menggenggam jari saat merasa tidak nyaman. Meski kecewa dengan sikap Su-yeol, ia tetap antusias memberikan analisis tentang kasus. Ketegangan meningkat saat Su-yeol menuduh ibunya menikmati kekerasan. Jeong-ho terpaksa menghentikan pertemuan sebelum situasi memburuk. Namun Mantis bersikeras ingin membantu, bahkan meminta untuk mengunjungi lokasi pembunuhan.
Kode Etik Seorang Pembunuh?
Su-yeol masih tidak percaya pada ibunya, tapi Jeong-ho mengungkap bahwa saat menangkap Mantis dulu, ia tidak memiliki bukti fisik. Ia hanya bisa menjeratnya lewat pengakuan. Mantis tahu hal itu dan tetap membuat kesepakatan. Menurut Jeong-ho, Mantis memiliki semacam “kode kehormatan”—ia selalu menepati janji karena tidak suka berutang.
Sementara itu, Eun-ae dititipkan kepada Pendeta Jeong dari Gereja Jusin, yang juga merupakan orang yang dulu merawat Su-yeol. Dalam pertemuan mereka, Su-yeol mengungkapkan kemarahannya dan bagaimana ia melihat sosok ibunya dalam diri ibu Eun-ae. Ia masih dihantui mimpi buruk tentang Mantis yang tersenyum sambil membunuh. Pendeta Jeong khawatir dan mencoba mencegah Su-yeol bertemu lagi dengan ibunya.
Ketegangan di Unit Investigasi
Di kantor polisi, Na-hee ingin bertemu dengan Mantis, tapi Jeong-ho menolak dan merahasiakan konsultasi tersebut. Situasi semakin rumit saat Su-yeol tiba sebagai pemimpin tim baru. Anggota tim kecewa, terutama karena mereka berharap Na-hee yang dipromosikan. Namun, Na-hee tetap profesional dan menyambut Su-yeol dengan sopan.
Saat briefing, Su-yeol menunjukkan ketajaman analisisnya. Ia mencatat bahwa dalam pembunuhan kedua, terdapat cermin—sesuatu yang tidak ada dalam kasus Mantis. Selain itu, korban kedua bukanlah pelaku kekerasan. Artinya, pembunuh peniru mulai menambahkan elemen pribadi dalam aksinya.
Malam harinya, seorang pria berkacamata terlihat tersenyum di depan keluarga yang sedang tidur. Ia kemudian mengeluarkan beberapa suntikan, menandakan bahwa pembunuhan berikutnya akan segera terjadi.
Mantis di TKP: Petunjuk Tersembunyi
Keesokan harinya, Mantis dibawa ke lokasi pembunuhan kedua. Di sana terdapat pemutar musik klasik, sama seperti dalam kasusnya dulu. Ia bertanya bagaimana pembunuh peniru bisa tahu detail TKP yang hanya diketahui oleh penyidik. Hanya satu foto yang pernah dipublikasikan secara umum.
Adegan berpindah ke pria berkacamata yang terbangun. Keluarga yang ia intai kini terikat dan kepala mereka ditutup kain.
Kembali ke TKP, Mantis menolak menjelaskan teorinya. Su-yeol yang frustrasi mulai menelusuri artikel berita tentang pembunuhan kedua. Ia menemukan bahwa foto TKP yang dipublikasikan telah dibalik. Namun, pembunuh peniru meniru posisi asli, bukan versi yang dibalik. Artinya, ia memiliki akses ke arsip asli kasus Mantis.
Tim investigasi pun menyimpulkan bahwa pelaku memiliki akses ke dokumen rahasia. Mantis tampak bangga saat Su-yeol berhasil mengungkap petunjuk tersebut.
Review Episode 1: Awal yang Menjanjikan
Episode perdana Queen Mantis menyajikan pembukaan yang intens dan penuh misteri. Tanpa basa-basi, konflik utama langsung diperkenalkan. Meski banyak informasi latar belakang yang diberikan, narasi tetap berjalan dinamis dan menyisipkan konflik-konflik masa depan—mulai dari pembunuh berkacamata, hubungan ibu-anak yang retak, hingga rahasia tentang kehidupan Mantis di penjara.
Ko Hyun-jung tampil memukau sebagai Mantis. Ia berhasil memerankan karakter yang kompleks—gila tapi tulus, dingin tapi penuh kasih. Penonton dibuat bertanya-tanya: mana sisi asli dari dirinya?
Jang Dong-yoon sebagai Su-yeol juga menunjukkan performa kuat, terutama saat pertemuan pertama dengan ibunya. Tangis dan tawa yang ia tampilkan terasa mengganggu, seolah mengisyaratkan bahwa Su-yeol menyimpan sisi gelap yang belum sepenuhnya terungkap. Apakah ini pertanda bahwa ia akan mengikuti jejak ibunya? Drama ini tampaknya sengaja menanamkan benih-benih pertanyaan seperti itu sejak awal.
Yang menarik adalah kemiripan kecil antara ibu dan anak—gerakan tangan, cara menahan emosi, bahkan cara mereka memandang dunia. Meski Su-yeol berusaha keras menyangkal hubungan darah itu, penonton bisa melihat bahwa mereka lebih mirip daripada yang ia sadari. Hubungan mereka menjadi pusat emosional dari episode ini, dan mungkin dari keseluruhan cerita.
Namun, fokus yang terlalu besar pada dinamika ibu-anak ini bisa menjadi kelemahan jika tidak diimbangi dengan pengembangan karakter lain. Sejauh ini, pembunuh peniru dan para korbannya belum mendapat ruang yang cukup untuk membangun empati atau ketegangan. Tapi jika melihat teaser episode berikutnya, tampaknya drama ini akan mulai menggali sisi psikologis sang pembunuh baru dan motifnya.
Secara teknis, episode ini ditata dengan sinematografi yang apik dan atmosfer yang mendukung nuansa thriller. Musik klasik yang digunakan dalam adegan pembunuhan menambah kesan elegan sekaligus menyeramkan. Pemilihan lokasi, pencahayaan, dan tempo cerita menunjukkan bahwa produksi ini tidak main-main.
Dialog antar karakter juga terasa tajam dan penuh lapisan. Tidak ada percakapan yang terasa mubazir—semuanya mengandung informasi atau emosi yang relevan. Bahkan momen-momen sunyi antara Su-yeol dan Mantis mengandung ketegangan yang bisa dirasakan penonton.
Secara keseluruhan, episode pertama drakor Queen Mantis berhasil membangun fondasi yang solid untuk sebuah drama kriminal psikologis. Ia memperkenalkan karakter utama dengan latar belakang yang kompleks, menyisipkan misteri yang menggugah rasa penasaran, dan menyajikan konflik emosional yang mendalam. Jika episode-episode berikutnya mampu menjaga kualitas ini dan memperluas fokus ceritanya, maka Queen Mantis berpotensi menjadi salah satu K-drama thriller terbaik tahun ini.
Itu dia recap Queen Mantis episode 1. Lanjut baca recap Queen Mantis Episode 2.