KDrama
Sinopsis Drama Korea My Only One Episode 103-104 Part 5
Oke, sekarang kita menuju ke Sinopsis Drama Korea My Only One Episode 103-104 Part 5. Rumah Go Rae sedang dipenuhi kegembiraan dan kebahagiaan. Semuanya berkumpul.
“Ini jamuan yang amat spesial. Aku tidak bisa percaya karma macam apa yang menyatukan kita, tapi kita semua keluarga. Kita bisa berkumpul untuk makan bersama dengan wajah gembira karena ayahnya Do Ran.” kata Yang Ja.
“Kenapa aku?” tanya Pak Kang.
“Kamu menyelamatkan nyawa menantuku. Karena kini kita keluarga sesungguhnya, kita harus mencintai dan menyayangi satu sama lain. Pak Kang dan Dokter Jang akan minum air. Nona-nona, angkat gelas sampanye. Bersulang!”
“Bersulang!” sahut yang lain serentak.
“Aku mendoakan kebahagiaan kalian semua. Semua kecuali Do Ran ada di sini.” kata Yang Ja.
“Aku tidak bisa mengajaknya karena dia sudah ada janji.” kata Pak Kang.
“Aku seharusnya memberitahumu lebih dahulu. Kami mengatur ini mendadak.” kata pula Hong Shil
“Selalu ada hari lain. Kita bisa berkumpul lagi.” Yang Ja lagi.
“Ya. Aku akan menghubungi putri dan menantuku juga. Mari makan.”
“Baik. Terima kasih.”
Mereka mulai makan bersama. Sambil menyantap makanannya, Yang Ja ngomong, “Aku masih penasaran bayi siapa yang kumimpikan saat itu. Aku yakin ada seseorang di keluarga yang hamil.”
Hampir bareng, Hong Ju dan Pak Kang tersedak.
“Astaga…! Tidak mungkin! Mimpi bayinya punya kalian. Benar? Ya? Astaga. Benar. Aku benar.”
“Bisakah kalian pura-pura tidak tahu?”, kata Hong Ju sambil menutupi mukanya, “Apa itu mimpi indah?” tanyanya.
“Ya, luar biasa. Aku memimpikan kamu punya anak hebat. Aku berjalan ke ruang keluarga ini dan melihat labu emas berkilau yang sebesar ini.” kata Yang Ja sambil melebarkan tangannya..
“Maaf, tapi itu besar dan berada di meja.”
“Astaga. Itu mimpi yang luar biasa.” kata Hong Ju.
“Mimpi Bibi terwujud. Selamat, Bi.” kata Go Rae.
“Ini kabar baik. Ini momen yang menggembirakan. Aku harus melakukan sesuatu pada hari yang spesial ini. Aku akan bernyanyi untuk memberi selamat.” kata Yang Ja lagi.
“Jangan, Bu…” kata Mi Ran melarang.
“Kenapa? Biarkan ibu bernyanyi,
Yang Ja tidak bisa dicegah lagi. Suasana menjadi meriah. Semua merasa gembira dan bahagia.
***
Mi Ran sedang mengerjakan sesuatu di meja ketika Go Rae membawakan kopi yang dibuatnya.
“Ini, minumlah kopi.”
“Apa? Selarut ini?” tanya Mi Ran.
“Tidak apa-apa.”
“Kamu yakin?”
“Ini enak. Lebih enak karena kamu yang membuatnya.”
“Mi Ran, Kamu mau bergadang hari ini?”
“Ya. Aku harus belajar untuk ujian presenter. Kamu bisa tidur lebih dahulu.”
“Aku harus tidur sendiri? Mi Ran. Kamu tidak merasa apa-apa saat mendengar bibiku hamil?” tanya Go Rae.
“Apa?”
“Maksudku, kita lebih muda dan menikah lebih awal. Bukankah kita seharusnya berusaha lebih keras?” kata Go Rae.
“Berusaha apa?” Mi Ran masih ga mengerti.
“Aku mau segera menjadi ayah. Jika kamu terus menyuruhku tidur lebih awal, kapan kita akan menjadi orang tua? Kita harus melakukan sesuatu.”
“Kenapa kamu seperti ini?” tanya Mi Ran menggoda.
“Aku tidak bisa menunggu lagi. Kita harus mulai proyek untuk memiliki bayi.”
Go Rae berjalan dan naik ke ranjang, “Baik. Kemari, Mi Ran.”
Mi Ran tertawa memandangnya.
“Kemari. Berbaringlah di sini. Mi Ran…”
“Apa?” Mi Ran menggoda Go Rae
“Kemari. Aku siap. Ayo.” kata Go Rae tertawa.
“Astaga.”
***
Da Ya berkunjung ke restoran suaminya. Tapi celingak-celinguk, ia tidak melihat batang hidungnya. Akhirnya ia menelepon.
“Yi Ryook, kamu di mana?”
“Aku? Aku di restoran.” jawab Yi Ryook.
“Kamu di restoran? Baik.”
Da Ya mengerutkan keningnya, “Dia tidak di sini, tapi kenapa berbohong kepadaku?”
Seorang pegawai mendekatinya, “Halo, Nona Jang.”
“Halo. Yi Ryook tidak di sini. Di mana dia?” tanya Da Ya.
“Dia pulang cepat hari ini.”
“Pulang cepat?” tanya Da Ya heran.
“Ya.”
“Lantas, Soo Jung bagaimana?” tanyanya.
“Soo Jung libur hari ini.” jawab si pegawai.
“Baiklah kalau begitu. Dah.”
Si pegawai berlalu. Da Ya masih heran, kenapa Yi Ryook berbohong dan Soo Jung libur.
“Apa mereka sedang bersama?” pikirnya.
Tiba-tiba ia ingat betapa mereka amat akrab.
“Aku yakin mereka bersama sekarang! Akan kubunuh mereka berdua.”
Da Ya sendirian di kamar. Ia masih terjaga. Saat mendengar Yi Ryook masuk, ia pura-pura tidur.
“Da Ya, kamu sudah tidur?”
Tidak ada jawaban. Paling isterinya tidur. Pikir Yi Ryook. Ia meletakkan jaketnya di kursi dan langsung ke kamar mandi. Da Ya yang pura-pura tidur langsung bangun. Ia berjinngkat mengambil jaket suaminya. Apa yang ditemukannya benar-benar membuatnya kaget sekaligus marah.
“Apa? Apa ini? Astaga.” ia menemukan foto-foto suaminya dengan Soo Jung.
“Astaga. Aku tidak percaya ini. Wanita jalang sialan itu. Dia berusaha menggoda suamiku dan menyentuhnya. Aku akan membunuh wanita jalang ini!” Da Ya benar-benar marah
***
“Semua orang tahu sekarang bahwa aku hamil. Tapi hanya Do Ran yang belum tahu.” kata Hong Ju
“Aku bisa memberi tahu semua orang kecuali Do Ran. Aku juga terlalu…” Pak Kang tidak melanjutkan dan langsung berlagak sibuk. Do Ran ternyata datang.
“Kalian membicarakan apa?” tanya Do Ran. Hong Ju hanya tersenyum. Tiba-tiba Do Ran mengeluarkan bungkusan, “Kejutaaan…! Ini untuk kalian.”
“Boleh kubuka?”
“Tentu.”
Hong Ju mengambil kejutan itu, ternyata sepasang sepatu bayi, “Manis sekali. Ini amat menggemaskan. Apa kaki bayi amat kecil? Ini cantik sekali.” kata Hong Ju senang, ia berhenti sejenak agak kaget, “Astaga. Kamu sudah tahu?”
Do Ran tersenyum, “Ya. Entah bagaimana aku tahu.”
“Do Ran. Kamu sudah dewasa sekarang. Tapi kami baru punya bayi. Ayah malu menghadapimu.”
“Astaga, Ayah. Hentikan. Aku turut bahagia. Omong-omong, di mana Tae Pung?”
“Dia datang sore ini. Dia pergi dengan kakeknya.”
“Lantas, biar aku yang mengantar.” kata Do Ran.
Setelah Do Ran pergi, Pak Kang menutupi mukanya. Hong Ju heran, “Ada apa?”
“Aku amat malu.” kata Pak Kang.
“Kamu tidak perlu malu. Percaya dirilah. Bukankah ini manis?” kata Hong Ju sambil menunjukkan sepasang sepatu bayi itu.
“Ini sungguh manis.” jawab Pak Kang
***
Jang Da Ya menemukan Soo Jung dan langsung memitingnya, “Hei.” teriaknya.
“Astaga. Apa yang kamu lakukan?” teriak Soo Jung
“Diam saja dan ikuti aku. Kemari!”
“Apa? Astaga.”
Do Ran kebetulan lewat di tempat yang sama dan melihat kejadian itu, “Kurasa itu Da Ya.” katanya sambil berlari mengikuti Da Ya.
“Direktur Wang. Pimpinan ingin menemui Anda. Pimpinan Song datang.”
“Pimpinan Song?” jawab Dae Ryook.
“Ya.”
Di ruangannya, Pak Wang sedang menemui Pimpinan Song yang ternyata adalah kakek tua yang datang ke toko kue Pak Kang.
“Aku tidak tahu Anda punya cucu yang sudah besar.” kata Pak Wang.
“Tae Pung akan mengambil alih bisnisku.” jawab Pak Song, “Tolong urus dia dengan baik.”
Tae Pung membungkuk menghormat ke Pak Wang, “Aku menghargai bantuan Anda.”
“Apa maksudmu? Aku yang akan butuh bantuanmu.”
Dae Ryook masuk ke ruangan itu, “Halo, Pimpinan Song.”
Pak Song, “Halo, Pak Wang. Lama tidak berjumpa. Ini cucuku. Cucuku, Lee Tae Pung. Saling sapalah.”
Tae Pung sedang menghadap ke arah lain saat Dae Ryook membungkukan badannya sedikit. Ia menghadap kembali saat bersamaan Dae Ryook mengangkat wajahnya. Dae Ryook terkejut dengan orang yang ada di depannya. Ternyata … Tae Pung yang bekerja di toko ayah Do Ran.