The Assassin (2025): Ketika Hitwoman Menopause Menjadi Pahlawan Tak Terduga

The Assassin (2025) series

Bayangkan ini: seorang ibu paruh baya yang tinggal di pulau kecil nan tenang di Yunani, tampak seperti pensiunan biasa yang suka menyendiri, minum anggur, dan menghindari keramaian. Tapi di balik kacamata hitam dan sikap sinisnya, ia menyimpan masa lalu kelam sebagai pembunuh bayaran. Dan ketika masa lalu itu mengetuk pintu lagi, ia tak punya pilihan selain kembali ke dunia yang telah lama ia tinggalkan.

Inilah premis The Assassin (2025), serial thriller enam episode yang tayang perdana di Prime Video pada 25 Juli 2025. Dibintangi Keeley Hawes sebagai Julie, seorang mantan pembunuh profesional yang kini harus menghadapi konspirasi global sambil mencoba memperbaiki hubungan dengan putranya, Edward (Freddie Highmore). Serial ini bukan hanya tentang pelarian dan peluru, tapi juga tentang identitas, keluarga, dan… menopause.

Julie: Hitwoman Menopause yang Tak Terduga

Julie bukan tipe karakter yang biasa kita temui dalam genre aksi. Ia bukan gadis muda berkulit licin yang bisa menembak sambil salto. Ia adalah wanita paruh baya yang sudah lelah dengan dunia, tapi masih punya insting tajam dan refleks mematikan.

Dalam episode pembuka, kita melihat kilas balik Julie muda di Bulgaria tahun 1994, membunuh target dengan efisiensi brutal—lalu melihat hasil tes kehamilan positif. Dari situ, kita tahu: ini bukan cerita biasa.

Fast forward ke masa kini, Julie tinggal di Yunani, menjalani hidup yang tenang dan agak menyendiri. Tapi kedatangan Edward, putra yang sudah lama tak ia temui, membuka kembali luka lama. Edward, seorang jurnalis vegan yang percaya ibunya hanyalah seorang “headhunter”, segera menyadari bahwa ibunya adalah versi perimenopausal dari James Bond—dengan sedikit aroma whisky dan banyak sumpah serapah.

Satu Pekerjaan Terakhir yang Mengubah Segalanya

Konflik dimulai ketika Julie menerima tawaran untuk “satu pekerjaan terakhir”—membunuh seorang wanita muda di kapal pesiar mewah. Tapi instingnya mengatakan ada yang salah. Ternyata, panggilan itu palsu. Julie menolak menembak, dan keesokan harinya, sebuah pernikahan lokal tempat ia dan Edward menjadi tamu diserang oleh sekelompok pria bersenjata. Hanya mereka berdua dan seorang tukang daging lokal, Luka (Gerald Kyd), yang selamat.

Dari titik ini, The Assassin (2025) berubah menjadi pelarian lintas Eropa yang penuh aksi, misteri, dan dinamika keluarga yang tak kalah intens. Mereka harus menghadapi keluarga Cross—konglomerat tambang Australia yang mencurigakan—dan mengurai misteri seputar kata sandi “Chantaine” yang terdengar seperti campuran antara “Ben 10” dan “Sean Penn”.

Dinamika Ibu dan Anak yang Penuh Luka dan Humor

Yang membuat The Assassin menonjol bukan hanya aksi atau konspirasinya, tapi hubungan antara Julie dan Edward. Mereka bukan duo yang harmonis. Julie keras dan pragmatis, Edward sensitif dan idealis. Tapi di tengah pelarian, mereka mulai saling memahami. Ada momen-momen kecil yang menyentuh—seperti Julie membeli wagyu untuk Edward, hanya untuk tahu bahwa ia kini vegan.

Interaksi mereka dipenuhi humor khas Inggris yang kering dan tajam. Julie menyebut dirinya “ex-headhunter”, Edward menyebut ibunya “menopausal James Bond”. Dialog mereka sering kali absurd tapi jujur, dan chemistry antara Hawes dan Highmore membuat hubungan ini terasa hidup dan autentik.

Karakter Pendukung yang Penuh Warna

Selain Julie dan Edward, serial ini dipenuhi karakter eksentrik:

  • Kayla (Shalom Brune-Franklin) dan Ezra (Devon Terrell), anak-anak dari Aaron Cross, miliarder tambang yang misterius.
  • Marie (Gina Gershon), wanita aneh yang suka bermain Nintendo Switch dan punya selera seni yang… mematikan.
  • Jasper (David Dencik), spesialis IT yang dipenjara dan punya informasi penting.
  • Sean (Jack Davenport), mantan rekan Julie yang muncul dengan gaya flamboyan.

Mereka semua terlibat dalam konspirasi yang rumit, penuh pengkhianatan dan rahasia keluarga. Serial ini seperti versi gelap dari Who Do You Think You Are?, di mana setiap orang ternyata punya hubungan darah atau dendam tersembunyi.

Gaya Visual dan Nada yang Unik

Disutradarai oleh Lisa Mulcahy dan Daniel Nettheim, The Assassin memadukan estetika thriller Eropa dengan humor gelap Inggris. Lokasi syuting di Yunani, Albania, dan Paris memberikan nuansa eksotis dan kontras antara keindahan alam dan kekacauan aksi.

Skor musiknya mengingatkan pada film Bond, lengkap dengan ketegangan dan kemegahan. Tapi di balik semua itu, ada kesadaran diri yang tinggi—serial ini tahu bahwa premisnya absurd, dan justru merayakan absurditas itu.

Menopause Sebagai Metafora dan Kekuatan

Salah satu aspek paling menarik dari The Assassin adalah bagaimana serial ini menjadikan menopause bukan sebagai kelemahan, tapi sebagai kekuatan naratif. Julie bukan hanya wanita paruh baya yang kembali beraksi, tapi simbol dari kemarahan, kelelahan, dan kebangkitan perempuan di usia yang sering kali diabaikan oleh media.

Seperti yang ditulis oleh The Conversation, The Assassin adalah tonggak penting dalam representasi menopause di layar kaca. Julie bukan karakter yang “melampaui” usia paruh baya, tapi justru menjadikannya inti dari kekuatannya. Ia tidak hanya bereaksi terhadap dunia, tapi membentuknya kembali dengan caranya sendiri.

Implausibel Tapi Menghibur

Tentu saja, banyak hal dalam The Assassin yang tidak masuk akal. Julie bisa mengalahkan pria bertubuh besar tanpa berkeringat, berbicara enam bahasa, dan mengendarai motor sambil menembak. Tapi seperti yang ditulis oleh The Independent, ketidakmasukakalan ini adalah bagian dari pesona serial ini. Ia tidak berusaha menjadi realistis, tapi menjadi menyenangkan.

Serial ini adalah parodi halus dari trope “satu pekerjaan terakhir”, dan mengundang penonton untuk menikmati perjalanan tanpa terlalu memikirkan logika. Seperti kata salah satu reviewer: “Just sit back and enjoy the ride.”

Kesimpulan: Thriller Seru dengan Hati dan Humor

The Assassin bukan hanya tentang aksi dan misteri. Ia adalah cerita tentang ibu dan anak, tentang identitas yang tersembunyi, dan tentang bagaimana usia paruh baya bisa menjadi awal, bukan akhir. Keeley Hawes memerankan Julie dengan kedalaman emosional dan ketajaman yang luar biasa, sementara Freddie Highmore membawa kelembutan dan kebingungan yang membuat kita peduli.

Serial ini mungkin tidak sempurna, tapi ia punya hati, humor, dan keberanian untuk menjadi berbeda. Di tengah lautan thriller yang gelap dan serius, The Assassin hadir sebagai angin segar—dengan peluru, tawa, dan sedikit hormon.

Topik terkait: #aksi dan humor, #hubungan ibu anak, #karakter perempuan kuat, #serial Prime Video, #thriller drama

You May Also Like

About the Author: masasha

Penyuka drama Korea, film, dan serial lainnya. Mengelola web ini sejak 2012 sampai saat ini. Ikuti web ini di Facebook, serta akun sosmed lainnya untuk mendapatkan update terkini, dan menunjukkan dukungan Anda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *