Sinopsis Twinkling Watermelon (2023)

Sinopsis Twinkling Watermelon (2023): Drama Korea yang Menyentuh Hati Lewat Musik, Waktu, dan Bahasa yang Tak Terucap.

Dalam lanskap drama Korea yang semakin beragam, Twinkling Watermelon (2023) hadir sebagai sebuah karya yang tidak hanya menyuguhkan kisah cinta remaja dan fantasi perjalanan waktu, tetapi juga menggali tema yang jarang diangkat: kehidupan anak dari orang tua tunarungu, atau yang dikenal sebagai CODA (Child of Deaf Adults). Dengan sentuhan musik, nostalgia era 1990-an, dan dinamika keluarga yang kompleks, drama ini berhasil mencuri perhatian penonton sejak episode pertamanya tayang di tvN pada 25 September 2023.

Latar Belakang dan Produksi

Disutradarai oleh Son Jung-hyun dan ditulis oleh Jin Soo-wan, Twinkling Watermelon merupakan hasil kolaborasi antara Pan Entertainment dan Studio Dragon, dua nama besar dalam industri drama Korea. Drama ini memiliki total 16 episode dengan durasi sekitar 70 menit per episode, dan ditayangkan setiap Senin dan Selasa pukul 20:50 KST di tvN, menggantikan slot drama My Lovely Liar. Selain itu, penonton internasional dapat menyaksikannya melalui platform streaming seperti Viu dan Viki dengan subtitle dalam berbagai bahasa.

Dengan anggaran produksi sebesar ₩15,6 miliar, drama ini tidak hanya mengandalkan cerita yang kuat, tetapi juga visual yang memikat dan musik yang menyentuh. Musik latar disusun oleh Fara Effect, yang berhasil menciptakan atmosfer emosional dan mendalam dalam setiap adegan.

Sinopsis: Ketika Musik Menjadi Bahasa yang Menghubungkan Dunia

Tokoh utama dalam Twinkling Watermelon adalah Ha Eun-gyeol (diperankan oleh Ryeoun), seorang siswa SMA yang hidup dalam keluarga tunarungu. Ia adalah satu-satunya anggota keluarga yang dapat mendengar, menjadikannya sebagai jembatan antara dunia sunyi keluarganya dan dunia luar yang penuh suara. Di siang hari, Eun-gyeol adalah siswa teladan yang berprestasi, namun di malam hari ia menyalurkan hasratnya terhadap musik dengan bermain gitar dalam sebuah band.

Konflik mulai muncul ketika ayahnya mengetahui bahwa Eun-gyeol lebih tertarik pada musik daripada mengejar karier sebagai dokter, seperti yang diharapkan keluarga. Pertengkaran tersebut menjadi titik balik dalam hidupnya. Suatu malam, Eun-gyeol menemukan sebuah toko musik misterius yang membawanya ke tahun 1995—masa ketika ayah dan ibunya masih remaja.

Di masa lalu, Eun-gyeol bertemu dengan Ha Yi-chan (Choi Hyun-wook), versi muda dari ayahnya yang ceria dan penuh semangat. Ia juga bertemu dengan Choi Se-kyung (Seol In-ah), seorang cellist yang dikenal sebagai “Dewi Cello” di Sekolah Menengah Seni Seowon, serta Yoon Chung-a (Shin Eun-soo), gadis pendiam yang juga mengalami gangguan pendengaran. Bersama mereka, Eun-gyeol membentuk band bernama Watermelon Sugar, dan melalui musik, ia mencoba memperbaiki masa lalu agar masa depan keluarganya menjadi lebih baik.

Karakter dan Pemeran

Drama ini diperkuat oleh jajaran aktor muda berbakat yang mampu menghidupkan karakter dengan emosi yang autentik:

  • Ryeoun sebagai Ha Eun-gyeol: Sebagai anak CODA, Ryeoun berhasil menampilkan kompleksitas emosional antara tanggung jawab keluarga dan impian pribadi. Ia menunjukkan kedewasaan dan kerentanan yang menyentuh hati penonton.
  • Choi Hyun-wook sebagai Ha Yi-chan: Versi muda dari ayah Eun-gyeol ini digambarkan sebagai sosok yang penuh energi dan optimisme. Dinamika antara Yi-chan dan Eun-gyeol menjadi salah satu kekuatan utama dalam cerita.
  • Seol In-ah sebagai Choi Se-kyung / On Eun-yoo: Sebagai “Dewi Cello”, Se-kyung adalah simbol keindahan dan ketenangan. Namun, di balik pesonanya, ia menyimpan luka dan rahasia yang perlahan terungkap.
  • Shin Eun-soo sebagai Yoon Chung-a: Karakter Chung-a membawa representasi yang kuat tentang kehidupan dengan gangguan pendengaran. Ia digambarkan sebagai pribadi yang tertutup namun memiliki kedalaman emosional yang luar biasa.

Pemeran pendukung seperti Kim Joo-ryoung dan Bong Jae-hyun juga memberikan kontribusi penting dalam membangun latar belakang keluarga dan dinamika sosial yang kompleks.

Tema dan Pesan Moral

Salah satu kekuatan utama Twinkling Watermelon adalah kemampuannya mengangkat tema yang jarang dibahas dalam drama Korea: kehidupan anak CODA. Drama ini tidak hanya menyoroti tantangan komunikasi antara dunia yang mendengar dan dunia yang sunyi, tetapi juga menggambarkan bagaimana musik bisa menjadi bahasa universal yang melampaui batas fisik dan emosional.

Perjalanan waktu dalam drama ini bukan sekadar gimmick fantasi, melainkan alat naratif untuk mengeksplorasi pertanyaan eksistensial: Apakah kita bisa memperbaiki masa depan dengan mengubah masa lalu? Apakah impian pribadi harus dikorbankan demi harapan keluarga? Dan yang paling penting, bagaimana kita memahami orang tua kita sebagai individu dengan masa lalu dan impian mereka sendiri?

Drama ini juga menyentuh isu tentang identitas, penerimaan diri, dan pentingnya komunikasi dalam keluarga. Melalui karakter Chung-a, penonton diajak untuk memahami kehidupan dengan disabilitas dari perspektif yang lebih empatik dan manusiawi.

Musik sebagai Elemen Naratif

Sebagai drama yang berpusat pada musik, Twinkling Watermelon menggunakan lagu-lagu dan instrumen sebagai medium komunikasi dan ekspresi. Band Watermelon Sugar bukan hanya simbol kebebasan dan kreativitas, tetapi juga menjadi ruang di mana para karakter bisa menjadi diri mereka sendiri tanpa tekanan sosial.

Lagu-lagu yang dibawakan dalam drama ini, baik yang berasal dari era 1990-an maupun yang diciptakan khusus untuk serial ini, memberikan nuansa nostalgia dan kedalaman emosional. Musik menjadi jembatan antara generasi, antara masa lalu dan masa kini, serta antara dunia yang mendengar dan dunia yang sunyi.

Representasi dan Inklusi

Salah satu aspek yang patut diapresiasi dari Twinkling Watermelon adalah representasi karakter dengan gangguan pendengaran yang ditampilkan dengan hormat dan realistis. Drama ini tidak menjadikan disabilitas sebagai alat dramatisasi, melainkan sebagai bagian integral dari identitas karakter.

Penggunaan bahasa isyarat dalam beberapa adegan juga menunjukkan komitmen produksi untuk menghadirkan inklusi yang autentik. Penonton diajak untuk melihat bahwa komunikasi tidak selalu harus verbal, dan bahwa cinta, empati, serta pemahaman bisa disampaikan melalui berbagai cara.

Penerimaan dan Dampak

Sejak penayangan perdananya, Twinkling Watermelon mendapat sambutan positif dari penonton dan kritikus. Rating IMDb mencapai 8.9/10, menunjukkan bahwa drama ini berhasil menyentuh hati banyak orang. Di platform seperti MyDramaList, drama ini juga mendapat ulasan yang memuji kekuatan cerita, akting para pemain, dan pesan moral yang disampaikan.

Banyak penonton menyebut drama ini sebagai “healing drama” karena mampu memberikan kehangatan dan refleksi tentang hubungan keluarga dan impian pribadi. Beberapa bahkan menyebutnya sebagai salah satu drama terbaik tahun 2023 karena keberaniannya mengangkat tema yang tidak biasa.

Kesimpulan: Sebuah Simfoni Emosi dan Harapan

Twinkling Watermelon bukan hanya drama tentang remaja dan cinta, tetapi juga tentang keluarga, identitas, dan keberanian untuk mengejar impian. Dengan latar musik yang kuat, karakter yang kompleks, dan narasi yang menyentuh, drama ini berhasil menjadi karya yang relevan dan menginspirasi.

Bagi penonton yang mencari tontonan yang tidak hanya menghibur tetapi juga memberikan makna, Twinkling Watermelon adalah pilihan yang tepat. Ia mengajarkan bahwa suara tidak selalu harus terdengar untuk bisa menyentuh hati, dan bahwa masa lalu, seberapapun kelamnya, bisa menjadi cahaya bagi masa depan jika kita berani menghadapinya.

Topik terkait: #anak CODA, #Drama Korea 2023, #musik dan perjalanan waktu, #Ryeoun Choi Hyunwook, #Twinkling Watermelon

Rekomendasi bacaan lainnya:

Tinggalkan komentar

Share this: