Ronth (2025) Review: Thriller Sosial yang Menggantung Tapi Menghantui

Ronth (2025) Review

Ronth (2025) review – Film-film Malayalam dalam beberapa tahun terakhir sering mendapat perhatian karena keberaniannya mengangkat cerita sederhana dengan kekuatan realisme yang begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu karya terbaru yang muncul dari tradisi ini adalah Ronth (2025), sebuah thriller kriminal garapan Shahi Kabir. Berbeda dari film-film komersial India yang penuh efek visual megah, Ronth justru menekankan kesederhanaan, atmosfer realis, serta dilema moral yang dihadapi manusia biasa.

Film ini menarik karena menghadirkan pengalaman menonton yang jarang ditawarkan: penuh ketegangan, tapi juga menyisakan ruang refleksi setelah layar bioskop padam. Ending-nya mungkin terasa “nanggung” bagi sebagian orang, namun justru itulah kekuatannya: memberi pesan bahwa persoalan yang disajikan dalam film masih nyata terjadi di sekitar kita.

Informasi Dasar Film

  • Judul: Ronth (yang berarti Patroli dalam bahasa Malayalam)
  • Sutradara & Penulis: Shahi Kabir
  • Pemain utama: Dileesh Pothan (SI Yohannan) & Roshan Mathew (CPO Dinanath)
  • Tanggal rilis teatrikal: 13 Juni 2025
  • Durasi: ± 2 jam
  • Genre: Thriller kriminal, drama sosial
  • Platform streaming: JioHotstar (sejak 22 Juli 2025), dengan dubbing Tamil, Telugu, Kannada, dan Hindi.

Menariknya, film ini disebut sebagai spiritual successor dari Nayattu (2021), salah satu film Malayalam terkenal karya Shahi Kabir. Keduanya sama-sama menyoroti dunia kepolisian Kerala, lengkap dengan kompleksitas politik, korupsi, serta konflik batin para aparat.

Sinopsis: Sebuah Malam Patroli yang Tidak Biasa

Cerita Ronth mengikuti dua polisi—Sub Inspector Yohannan (Dileesh Pothan) dan Civil Police Officer Dinanath (Roshan Mathew)—yang menjalani patroli malam di Kerala. Awalnya, semua terasa biasa: menjaga jalanan, menanggapi laporan masyarakat, dan memastikan keamanan. Namun seiring berjalannya malam, mereka justru terseret dalam rangkaian peristiwa pelik.

Di tengah gelap, mereka menghadapi berbagai kasus: percobaan bunuh diri, kekerasan dalam rumah tangga, hingga pasangan muda yang kabur dari rumah. Semua tampak seperti masalah sosial sehari-hari, namun lambat laun keadaan berubah semakin serius. Yohannan dan Dinanath terlibat dalam sebuah insiden pembunuhan yang akhirnya membuat mereka difitnah dan terjebak dalam sistem hukum yang korup.

Malam itu, yang seharusnya hanya patroli rutin, berubah menjadi perjalanan penuh ketegangan yang mempertanyakan moralitas, keadilan, dan bahkan harga diri manusia. Kamera yang intim membuat penonton merasa seolah ikut berada di dalam jeep patroli, menyaksikan langsung tekanan dan kebingungan yang mereka alami.

Atmosfer Realisme: Kekuatan Film Malayalam

Salah satu hal yang membuat Ronth istimewa adalah kesederhanaannya. Film ini tidak mencoba menjadi blockbuster penuh efek. Sebaliknya, ia tampil apa adanya—dengan pencahayaan alami, dialog realistis, serta akting yang terasa organik.

Kita tidak sedang menonton polisi ala Hollywood yang gagah dan heroik, melainkan manusia biasa yang punya keraguan, rasa takut, dan terkadang juga salah langkah. Inilah ciri khas film Malayalam: cerita sederhana, tapi mampu menyentuh karena terasa nyata.

Bagi penonton yang terbiasa dengan gaya film India komersial, pendekatan ini mungkin tampak “kurang seru”. Namun bagi yang menyukai cerita dekat kehidupan, Ronth justru memberi pengalaman mendalam.

Kaitan dengan Nayattu (2021)

Bagi yang sudah menonton Nayattu, mungkin akan menemukan banyak benang merah dengan Ronth. Keduanya sama-sama menyoroti sisi kelam sistem kepolisian dan bagaimana politik bisa mencengkeram aparat. Bedanya, jika Nayattu lebih menekankan pada pelarian dan survival, Ronth lebih intim—berlangsung dalam satu malam, dengan intensitas psikologis yang terus meningkat.

Namun, bagi yang belum menonton Nayattu, tidak perlu khawatir. Ronth tetap bisa dinikmati sebagai karya yang berdiri sendiri. Justru film ini bisa menjadi pintu masuk sebelum mengenal karya Shahi Kabir yang lain.

Ending yang Menggantung

Salah satu hal yang banyak dibicarakan penonton adalah ending Ronth. Alih-alih memberikan penutupan yang jelas, film ini memilih menutup dengan cara yang menggantung. Ada yang menyebutnya “nanggung”, ada pula yang menganggapnya justru brilian.

Kenapa? Karena akhir yang tidak tuntas ini seolah ingin berkata: masalah yang dialami Yohannan dan Dinanath bukanlah sekadar fiksi. Itu adalah potret nyata dari sistem hukum dan politik di luar sana—sesuatu yang tidak bisa diselesaikan hanya dalam dua jam film.

Dengan ending seperti ini, penonton dipaksa merenung: apa yang kita saksikan di layar bukanlah akhir cerita, melainkan bagian dari realita yang masih berlangsung hingga hari ini.

Pesan Sosial dan Kritik Sistem

Di balik kisah patroli malam, Ronth jelas mengandung kritik sosial yang tajam. Film ini menyoroti:

  1. Kerentanan aparat rendah – Polisi lapangan sering menjadi korban sistem, dijadikan kambing hitam dalam permainan politik.
  2. Realitas sosial yang kompleks – Kasus bunuh diri, kekerasan domestik, hingga kawin lari menunjukkan berlapisnya masalah masyarakat.
  3. Sistem hukum yang timpang – Alih-alih mencari kebenaran, hukum bisa dipelintir demi kepentingan tertentu.

Pesan ini tidak disampaikan dengan dialog panjang, melainkan lewat situasi yang natural. Penonton dibuat ikut resah, marah, sekaligus iba terhadap karakter-karakternya.

Penerimaan Kritis dan Respon Penonton

Meski jarang dibahas di media arus utama Indonesia, Ronth mendapat sambutan positif di India. Beberapa kritik menyebutnya sebagai salah satu thriller sosial terbaik tahun ini.

  • Filmfare: 4/5 – menyebut film ini bukan untuk sekadar menegangkan, tapi untuk menghantui pikiran penonton setelah menontonnya.
  • Indian Express: menyebut Ronth sebagai slow-burn thriller dengan klimaks kelam yang membekas.
  • The Times of India: memberi nilai 3.5/5, memuji akting Dileesh Pothan dan Roshan Mathew yang natural dan kuat.

Di forum-forum seperti Reddit, banyak penonton mengaku ending-nya “traumatis” dan membuat mereka terus memikirkan adegan terakhir. Ada pula yang membandingkannya dengan karya Vetrimaaran dari sinema Tamil, yang sama-sama kuat dalam kritik sosial.

Kesimpulan

Ronth bukanlah film yang menyenangkan semua orang. Jika kamu mencari hiburan ringan atau aksi polisi ala Hollywood, film ini mungkin terasa lambat. Namun, jika kamu menginginkan kisah realistis yang memaksa kita berpikir, Ronth adalah pilihan tepat.

Ending-nya yang menggantung bisa membuat frustrasi, tapi justru di situlah kekuatannya: menghadirkan rasa tidak nyaman yang membuka mata kita bahwa keadilan tidak selalu hadir di dunia nyata.

Bagi penikmat film Malayalam, Ronth menegaskan lagi kenapa industri ini begitu spesial. Dengan cerita sederhana, ia bisa menghadirkan dampak emosional yang jauh lebih besar dibandingkan film berbudget tinggi. Dan bagi penonton baru, film ini bisa menjadi pintu masuk yang pas untuk menjelajahi dunia sinema Malayalam yang penuh realisme.

Rekomendasi untuk Penonton Selanjutnya

Jika Ronth berhasil menarik perhatianmu, ada baiknya menonton film-film Malayalam lain yang punya semangat serupa:

  • Nayattu (2021) – tentang tiga polisi yang menjadi buruan setelah terjebak dalam permainan politik.
  • Jana Gana Mana (2022) – drama hukum dan politik yang penuh kritik sosial.
  • Driving License (2019) – drama ringan tapi tetap sarat pesan tentang ego dan relasi.

Akhir kata, Ronth adalah film yang sederhana namun menghantui. Ia mungkin tidak sempurna, namun justru ketidaksempurnaan itu membuatnya relevan, membumi, dan layak dikenang.

Recommended for You

About the Author: masasha

Penyuka drama Korea, film, dan serial lainnya. Mengelola web ini sejak 2012 sampai saat ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *