
Walking on Thin Ice Episode 2 dibuka dengan narasi yang menjelaskan bagaimana perdagangan narkoba di Korea Selatan sangat sulit berkembang akibat undang-undang yang sangat ketat. Namun, meski pengawasan begitu ketat, sekitar sepuluh persen pelaku masih berhasil lolos dari jerat hukum. Kalimat pembuka ini menjadi semacam pengingat bahwa di balik ketertiban yang tampak di permukaan, selalu ada celah-celah gelap yang dimanfaatkan oleh orang-orang putus asa β dan di sinilah kisah Kang Eun-soo berlanjut.
Kisah dimulai tepat setelah akhir episode sebelumnya. Lee Kyeong, yang ternyata memiliki identitas ganda sebagai James, membawa Eun-soo ke kantornya untuk memeriksa sampel narkoba yang dibawa wanita itu. Ia penasaran dari mana Eun-soo mendapatkan barang tersebut, tetapi Eun-soo menolak memberitahukan sumbernya. Hubungan keduanya diwarnai saling curiga dan penuh ancaman. Eun-soo bahkan balik menggertak James, mengancam akan membongkar kehidupan gandanya sebagai guru seni sekaligus pengedar narkoba.
Namun, James bukan pria yang mudah ditakuti. Dengan tenang, ia membalas ancaman itu dengan ancaman yang sama: jika Eun-soo membuka mulut, maka ia juga akan membeberkan keterlibatan Eun-soo dalam perdagangan narkoba. Ketegangan itu berakhir dengan kesepakatan yang tidak biasa β keduanya sepakat untuk bekerja sama.
James menyodorkan kontrak kerja sama dan meminta Eun-soo membacanya dengan lantang sambil ia rekam sebagai bukti. Eun-soo awalnya menuruti, tapi berhenti sejenak ketika membaca bagian pembagian keuntungan: 70% untuk James, 30% untuk dirinya. Ia merasa pembagian itu tidak adil, namun James beralasan bahwa ia yang akan melakukan pekerjaan paling berisiko β berurusan langsung dengan pelanggan, menjaga koneksi, dan memastikan semua berjalan aman. Eun-soo akhirnya setuju, meski dengan syarat bahwa mereka akan menegosiasikan ulang pembagian keuntungan jika peran keduanya berubah di masa depan. Saat hendak pulang, ia memberi tahu James bahwa jenis narkoba itu disebut βVaka.β
Sementara itu, situasi di sisi lain kota jauh lebih brutal. Di markas geng Phantom, pemimpinnya Do Kyu-man sedang mengamuk. Ia menghukum Hwang Dong-hyun, salah satu anggotanya, dengan cara sadis: memotong jarinya karena gagal mengamankan narkoba yang sebelumnya dicuri oleh Bong-nam β rekannya sendiri. Dengan nada dingin, Kyu-man memberi peringatan keras pada Dong-hyun dan saudaranya bahwa mereka akan mati jika tidak bisa menemukan kembali barang curian itu. Adegan ini memperlihatkan kontras tajam antara dunia kriminal bawah tanah yang brutal dan kehidupan sehari-hari yang sedang berusaha dijalani Eun-soo.
Kembali ke James, pria itu menatap daftar klien-kliennya sambil membaca berita tentang 10 kilogram sabu yang hilang akibat ulah Bong-nam. Ia mencoba menghubungi kurirnya untuk memastikan keadaan, tapi tak berhasil. James mulai curiga bahwa barang yang dibawa Eun-soo bukanlah sembarang narkoba β melainkan bagian dari paket besar yang dicari banyak pihak.
Keesokan harinya, Eun-soo kembali ke rumah sakit untuk merawat Do-jin. Sang suami, yang tubuhnya makin lemah, meminta maaf karena merasa telah menjadi beban bagi keluarganya. Eun-soo, dengan mata berkaca-kaca, justru mengingatkan Do-jin tentang semua pengorbanan yang pernah ia lakukan demi keluarga. Ia memintanya untuk tetap hidup dan memberi kesempatan agar ia kini bisa menjadi penopang keluarga. Momen ini memperlihatkan kasih yang tulus di antara keduanya, meski keduanya sedang berdiri di tepi keputusasaan.
Di malam yang sama, klub malam Medusa kembali menjadi pusat perhatian. James mengadakan pesta ulang tahun untuk salah satu klien VIP-nya, Mimi, seorang pelanggan setia yang dikenal glamor dan eksentrik. Di pesta itu, hadir pula dua sosok baru β Seon-jae dan Hwi-rim, teman-teman dekat Mimi yang tampak berpengaruh. Sebelum pesta dimulai, Seon-jae mengumpulkan semua ponsel tamu, termasuk milik James, agar tidak ada yang merekam kejadian malam itu.
Hwi-rim kemudian datang bersama pria muda bernama Min-woo, yang tampak arogan. Ia mulai menggoda James dengan pertanyaan sarkastik tentang pesta yang dianggapnya membosankan. James mencoba menjaga profesionalisme, namun saat suasana mulai tegang, ia mengeluarkan beberapa paket kecil narkoba untuk βmencairkan suasana.β Dalam sekejap, pesta berubah liar β Mimi dan teman-temannya mulai mengonsumsi Vaka, menari dengan liar, bahkan saling berciuman di bawah efek obat-obatan. Dari kejauhan, Eun-soo mengamati semua itu, melihat langsung dunia berbahaya yang kini menjadi sumber penghasilannya.
Ketegangan meningkat ketika Min-woo, yang sudah mabuk berat, mencoba memaksa Mimi. Gadis itu menamparnya keras, membuat suasana kacau. James segera turun tangan dan hampir memukul Min-woo dengan asbak kaca. Untungnya, ia menahan diri dan hanya mendorong pria itu menjauh sebelum menyuruh petugas keamanan mengusirnya keluar klub.
Namun di luar klub, James rupanya tidak bisa menahan amarahnya. Ia mengejar Min-woo dan memukul kepalanya dengan botol bir sambil mengancam agar pria itu tidak pernah kembali ke Medusa. Kebetulan, Eun-soo menyaksikan kejadian itu dari kejauhan. Saat James pergi, Min-woo yang kesal berbalik dan mencoba menyerang Eun-soo, tetapi ia dengan sigap menodongkan stun gun kecil ke arah Min-woo, membuat pria itu kabur ketakutan. Adegan ini menjadi momen lucu sekaligus tegang β untuk pertama kalinya Eun-soo menunjukkan keberanian yang mengejutkan bahkan bagi dirinya sendiri.
Pada saat yang sama, Detektif Choi Kyeong-do dan Detektif Bo-hee sedang berpatroli di sekitar area klub, mencari petunjuk tentang keberadaan narkoba yang hilang. Mereka menemukan mobil Min-woo yang ringsek karena kecelakaan β pria itu mengemudi di bawah pengaruh obat.
Sementara itu, Eun-soo mencoba menghubungi James untuk memperingatkan tentang polisi, tapi James sedang sibuk berbincang dengan Hwi-rim, yang tampaknya mulai mencurigainya. Hwi-rim menyebut nama βVakaβ dan menatap James dengan penuh arti, seolah mengenalinya dari masa lalu.
Tak lama kemudian, Detektif Tae-gu tiba di lokasi kecelakaan bersama timnya. Mereka menemukan sisa Vaka di mobil Min-woo, dan Tae-gu langsung mengenali jenis narkoba itu sebagai barang yang sama dengan yang ditemukan di kamar motel Bong-nam. Ia segera memimpin timnya menuju klub Medusa untuk menyelidiki lebih jauh.
Di dalam klub, suasana makin memanas. James berusaha tetap tenang di hadapan Hwi-rim dan teman-temannya yang ingin tahu lebih banyak tentang dirinya. Ia menolak memberikan informasi pribadi, tetapi terus mengawasi gerak-gerik mereka. Saat itu, Eun-soo berlari masuk ke klub untuk memperingatkannya bahwa polisi sudah datang. Mimi yang mulai gelisah meminta James memindahkan pesta mereka ke ruangan lain. James segera mengatur agar mereka pindah ke VIP Room 3.
Namun tanpa sepengetahuan James, Eun-soo telah menukar nomor ruangan VIP 2 dan 3, sehingga ketika Tae-gu dan timnya tiba, mereka justru masuk ke ruangan yang salah. Sementara itu, James berhasil mengevakuasi para tamu pentingnya melalui pintu belakang dan membawa mereka ke klub lain yang lebih aman. Ketika polisi memeriksa ruangan, mereka menemukan sisa paket narkoba yang sama dengan yang ada di mobil Min-woo, tapi rekaman CCTV sudah dihapus oleh staf klub. Tae-gu murka karena kehilangan bukti penting.
Malam itu, setelah kekacauan di Medusa, James dan Eun-soo berkumpul di rumah James untuk membahas hasil malam itu. Mereka membagi keuntungan dan berbincang santai, meski suasananya masih terasa canggung. Eun-soo penasaran kenapa James, sebagai pengedar narkoba, tidak pernah menggunakan barang dagangannya atau minum alkohol sama sekali. James hanya menjawab singkat dan menghindari topik itu. Ia kemudian menawarkan untuk membeli seluruh stok narkoba dari Eun-soo, tetapi Eun-soo mengatakan bahwa ia hanya memiliki satu kilogram tersisa dan belum yakin apakah akan menjualnya.
Saat pulang, Eun-soo membawa uang tunai sebesar 5 juta won hasil kerja malam itu. Di bus, wajahnya dipenuhi campuran antara lega dan takut. Ia sadar bahwa uang sebanyak itu datang dari jalan yang salah, tetapi juga tahu bahwa tanpa uang itu, suaminya mungkin tidak akan bertahan. Setibanya di rumah, ia menghitung uang itu sambil menangis β air mata bahagia bercampur penyesalan. Ia lalu berbaring di sebelah Su-a, dan sang putri memeluknya erat, seolah tahu bahwa ibunya sedang berperang dengan nuraninya sendiri.
Keesokan harinya, dunia gelap itu kembali berputar. Dong-hyun, anggota geng Phantom yang jarinya dipotong, mendatangi James. Ia membawa sampel narkoba baru untuk diuji. James menerimanya tanpa memperlihatkan wajahnya dan berjanji akan mengonfirmasi apakah barang itu sama dengan Vaka yang ia miliki. Setelah Dong-hyun pergi, James membandingkan kedua sampel tersebut di laboratoriumnya. Hasilnya mengejutkan: keduanya identik. Ia kini tahu dengan pasti bahwa narkoba yang dibawa Eun-soo adalah barang yang sama yang dicari geng Phantom.
Sementara itu, kehidupan Eun-soo tampak mulai sedikit membaik. Ia membayar biaya pengobatan Do-jin di rumah sakit, dan Su-a akhirnya kembali ke sekolah. Di sana, Lee Kyeong (James) yang berperan sebagai guru seni, menyambut Su-a dengan senyum tenang β seolah tidak ada yang terjadi di balik wajahnya. Teman-teman Su-a terkejut melihat perlengkapan seni baru yang mahal yang dibawa gadis itu, tanpa mengetahui bahwa uang untuk membelinya berasal dari hasil transaksi narkoba.
Eun-soo sendiri kembali bekerja paruh waktu di toko kelontong, mencoba hidup normal di siang hari meski malamnya ia terlibat dalam bisnis gelap. Ironisnya, ia tidak tahu bahwa rekan kerjanya di toko itu adalah Hwang Dong-hyun, orang yang sedang memburunya di bawah perintah geng Phantom. Dunia mereka kini terhubung begitu dekat tanpa mereka sadari.
Episode berakhir dengan dua momen paralel yang menegangkan. Dalam kilas balik, Do Kyu-man memerintahkan Dong-hyun untuk membunuh siapa pun yang mencuri atau menyimpan narkoba milik gengnya. Sementara di masa kini, James menyadari sesuatu yang mengerikan β bahwa wanita yang ia ajak bekerja sama, Eun-soo, adalah orang yang tanpa sengaja menemukan dan menyimpan narkoba milik geng Phantom. Senyum tipis di wajah James menandakan bahwa permainan baru akan segera dimulai.
Review Walking on Thin Ice Episode 2
Episode kedua ini memperkuat karakterisasi dua tokoh utamanya. Eun-soo tampil sebagai wanita biasa yang terus terseret semakin dalam ke dunia kejahatan, sementara James semakin misterius dan sulit ditebak. Apakah ia benar-benar peduli pada Eun-soo, atau hanya memanfaatkannya sebagai pion dalam rencana yang lebih besar?
Yang menarik, drama ini tidak hanya menonjolkan sisi kriminalnya, tapi juga sisi manusiawi dan humor tipis di tengah kekacauan. Salah satu adegan paling menghibur adalah ketika Eun-soo untuk pertama kalinya melontarkan kata makian saat mengusir Min-woo β momen kecil yang justru menunjukkan transformasinya dari ibu rumah tangga polos menjadi sosok yang mulai berani melawan dunia.
James, di sisi lain, semakin kompleks. Ia bukan sekadar pengedar narkoba; tampak jelas bahwa ada sejarah kelam yang menghubungkannya dengan Hwi-rim atau keluarganya. Mungkin James memiliki motif pribadi untuk mendekati mereka, dan menggunakan dunia narkoba hanya sebagai alat balas dendam.
Relasi antara Eun-soo dan James pun perlahan berubah. Dari sekadar rekan yang saling mengancam, kini ada kepercayaan samar di antara mereka. Walau hubungan itu masih penuh risiko, penonton mulai merasakan adanya dinamika menarik β semacam chemistry tak terucap yang bisa berkembang menjadi persekutuan berbahaya, atau justru pengkhianatan besar.
Dengan akhir episode yang menggantung dan penuh misteri, Walking on Thin Ice terus memperlihatkan bahwa setiap keputusan yang diambil Eun-soo membawa konsekuensi yang makin berat. Uang, cinta, dan moralitas bercampur dalam dilema yang tak punya jawaban mudah.
Dan jika episode kedua ini menjadi pertanda, maka perjalanan selanjutnya akan semakin intens β dunia di mana seorang ibu rumah tangga terpaksa berjalan di atas es tipis, berhadapan dengan kematian, kejahatan, dan nurani yang terus berbisik di telinganya.
Episode 1|Walking on Thin Ice Episode 3