Recap Queen Mantis Episode 8 dan Penjelasan Endingnya

Recap Queen Mantis Episode 8
Recap Queen Mantis Episode 8

Sampai juga kita di Recap Queen Mantis Episode 8. Ini adalah seri terakhir untuk season 1 (berharap ada season 2).

Episode kedelapan Queen Mantis dibuka dengan adegan kilas balik yang membawa penonton ke masa lalu. Kita melihat Jeong-ho muda yang berusaha keras menyelamatkan seorang anak laki-laki bernama Yeong-joon — namun gagal. Ketika kemudian I-shin datang menyerang, Jeong-ho sempat menyaksikan bagaimana buruknya kondisi Yeong-joon saat itu, hidup dalam penderitaan yang seolah tak berujung. Momen inilah yang akan menjadi dasar dari berbagai peristiwa kelam yang terjadi di episode terakhir ini.

Kembali ke masa kini, situasi menjadi tegang ketika proses pertukaran sandera berlangsung. Jeong-ho, yang kini jauh lebih berhati-hati, menegaskan agar keselamatan I-shin menjadi prioritas. Namun rencana yang telah diatur dengan hati-hati itu berantakan karena A-ra lebih cepat dan lebih cerdas. Ia berhasil kabur bersama I-shin setelah menghancurkan alat pelacak yang seharusnya memastikan posisinya. Jung-yeon yang selamat memberikan keterangan kepada Su-yeol tentang lokasi persembunyian mereka, memohon agar ia segera pergi menyelamatkan ibunya.

Sementara itu, di tempat persembunyian yang gelap dan terpencil, suasana berubah menjadi penuh ketegangan emosional. A-ra mulai menumpahkan perasaannya yang selama ini ia pendam. Ia marah pada I-shin karena merasa cintanya disia-siakan. Menurutnya, I-shin telah salah menaruh kasih sayang pada Su-yeol, seseorang yang ia yakini tidak benar-benar peduli padanya.

Dalam momen yang aneh dan tidak nyaman, A-ra mengaku bahwa ia mencintai I-shin — bukan sebagai kekasih, tapi dengan cara yang lebih kompleks, hampir seperti seorang anak yang menganggap I-shin sebagai ibu yang selama ini ia rindukan. Ia bahkan mencium I-shin, menyatakan bahwa hanya I-shin yang bisa memahami dirinya, karena mereka berdua “sama”.

Namun I-shin menolak pandangan itu mentah-mentah. Dengan tenang namun dingin, ia berkata bahwa mereka sama sekali tidak mirip. Kata-kata itu menghancurkan A-ra, yang selama ini hidup dalam delusi bahwa ia dan I-shin memiliki ikatan batin. Terluka oleh penolakan itu, A-ra menjadi semakin tak terkendali. Dalam keputusasaan, ia memutuskan bahwa satu-satunya cara agar mereka bisa “bersama selamanya” adalah mati berdua — sebuah bunuh diri ganda yang ia rencanakan dengan tenang tapi gila.

Namun tepat sebelum rencana gila itu terlaksana, I-shin berhasil melepaskan diri dan menusuk A-ra dengan pisau. Luka itu tidak langsung membunuh A-ra, tetapi cukup untuk membuatnya tak berdaya. Dalam sisa napasnya, A-ra justru tersenyum dan menawarkan bantuan terakhir. Ia memberikan sebuah foto lama — potret masa kecil I-shin yang diambil oleh ayahnya sendiri. Ia berkata bahwa mungkin gambar itu bisa membantu I-shin “menemukan dirinya yang sebenarnya”.

Sementara itu, Su-yeol yang dibantu oleh tim investigasi akhirnya menemukan tempat persembunyian A-ra. Tempat itu ternyata sebuah taman hiburan tua yang sudah lama ditutup. Suasana di sana seperti mimpi buruk yang terbengkalai, dengan wahana berkarat dan boneka-boneka rusak yang membuat suasana semakin mencekam. Namun ketika ia tiba, I-shin sudah tidak ada di sana. Yang ada hanya A-ra, yang kembali menyerangnya dengan tenaga terakhirnya. Pertarungan singkat tapi brutal terjadi. Na-hee, yang diam-diam mengikuti Su-yeol, datang tepat waktu dan menolongnya. Dalam proses itu, Su-yeol berhasil menembak mati A-ra, namun Na-hee tertusuk dan terluka parah.

Saat darahnya mengalir, Na-hee meminta Su-yeol untuk tidak menyesali apa pun dan segera pergi mengejar I-shin. Ia tahu bahwa hanya Su-yeol yang bisa menghentikan ibunya sebelum semuanya terlambat. Su-yeol menuruti permintaan itu meski hatinya hancur.

Namun situasi berubah rumit karena Komisaris Hong mengeluarkan perintah pencarian nasional. Ia yakin Su-yeol dan I-shin bekerja sama, dan menuduh mereka melarikan diri bersama. Dalam sekejap, Su-yeol yang tadinya pemburu kini menjadi buronan.

Di sisi lain, Jeong-ho ditugaskan untuk melacak lokasi Su-yeol. Dalam percakapan telepon yang penuh ketegangan, ia mencoba menahan Su-yeol agar tetap di garis sambungan agar timnya bisa melacak posisi. Namun percakapan itu berubah menjadi pengakuan emosional. Jeong-ho mengakui bahwa, dalam hati kecilnya, ia sebenarnya percaya I-shin tidak sepenuhnya salah. Ia merasa bersalah karena gagal melindungi para korban kekerasan selama kariernya sebagai polisi, karena selalu terikat oleh hukum. Ia berkata bahwa I-shin melakukan apa yang ia tidak pernah berani lakukan — menghukum mereka yang pantas dihukum.

Namun Su-yeol tidak sependapat. Dengan suara bergetar, ia mengatakan bahwa tugas mereka bukanlah memilih siapa yang pantas hidup atau mati, melainkan menyelamatkan semua orang, tanpa terkecuali. Setelah itu, ia mematikan telepon, memutus pelacakan, dan melanjutkan pencariannya seorang diri.

Dalam proses pencarian itu, Su-yeol menemukan catatan terapi hipnosis milik I-shin. Ia membaca dengan seksama dan terkejut mengetahui bahwa ibunya sebenarnya menekan ingatan traumatis masa kecilnya selama bertahun-tahun. Sesi hipnosis itu memunculkan kembali semua kenangan yang terkubur — dan foto yang diberikan A-ra ternyata menjadi pemicu kebangkitan amarah dan keinginan balas dendam terhadap ayahnya.

Kilas balik kemudian menunjukkan masa kecil yang mengerikan. Ternyata ayah I-shin, Pastor Jeong, adalah pelaku kekerasan seksual terhadap dirinya. Ia bahkan sempat berusaha memoles wajah kecil I-shin dengan riasan layaknya boneka sebelum mencoba mencabulinya. Ketika istrinya — ibu I-shin — berusaha melaporkan perbuatannya, Jeong membunuh sang istri dan membakar rumah mereka untuk menghapus bukti. Tragedi itu menjadi luka batin terdalam I-shin dan akar dari semua tindakan kelamnya di masa depan.

Kini, di masa kini, I-shin telah menculik ayahnya dan mengikatnya di dalam gereja. Pastor Jeong mencoba berdebat dengan wajah tenang, mengatakan bahwa semua dosanya telah diampuni Tuhan dan bahwa darah keluarga mereka memang “terkutuk”. Ia beralasan bahwa setelah kebakaran itu, ia menyesali perbuatannya dan mencoba menebus dosa dengan menjadi pendeta serta membuka panti asuhan anak-anak. Namun bagi I-shin, semua itu hanya kedok belaka. Ia menatap ayahnya dengan pandangan kosong dan mengatakan bahwa dosa mereka tidak akan pernah bisa ditebus, apalagi dilupakan.

Sebelum I-shin bisa menuntaskan dendamnya, Su-yeol datang dan mencoba menghentikannya. Pastor Jeong memohon-mohon dengan air mata, berusaha menampilkan dirinya sebagai korban dan menggiring Su-yeol untuk berpihak padanya. Ia bahkan menyebut I-shin sebagai “setan” yang telah menghancurkan keluarganya. Namun Su-yeol yang kini mulai memahami kebenaran menatapnya dengan kebencian. Ia sadar bahwa selama ini, sang kakek telah memanipulasi ingatannya sejak kecil, menanamkan kebohongan agar ia membenci ibunya. Ia menyesal karena begitu lama mempercayai versi cerita sang kakek. Kini ia tahu siapa yang sebenarnya bersalah.

Su-yeol menenangkan I-shin dan berkata bahwa pria seperti Jeong tidak layak untuk mengotori tangannya lagi. Ia mengajaknya pergi, ingin mengakhiri semuanya dengan cara yang berbeda. Namun ketika mereka hendak keluar, mereka melihat seorang gadis kecil bernama Eun-ae dengan wajah dipoles riasan — sama seperti yang dulu dialami I-shin. Fakta itu menghantam mereka seperti petir. Ternyata Pastor Jeong belum berubah. Ia masih melakukan hal menjijikkan itu pada anak-anak di panti asuhannya.

Su-yeol berusaha menyerang Jeong dalam amarah, namun I-shin menahannya dengan cara kejam: ia menyuntikkan obat penenang agar putranya pingsan, mencegahnya menjadi pembunuh seperti dirinya. Setelah itu, ia menarik tubuh Su-yeol keluar dari gereja, lalu mulai menyiramkan bensin ke seluruh ruangan. Dengan suara tenang, ia berkata bahwa mereka sudah cukup lama membiarkan monster itu hidup, dan kini saatnya membakar semua dosa hingga habis.

Su-yeol terbangun di luar gereja tepat ketika api mulai menyala. Ia melihat dari kejauhan bagaimana kobaran api menelan bangunan itu. Di dalamnya, I-shin dan ayahnya sudah tak sadarkan diri akibat asap. Su-yeol menjerit dan menerobos masuk. Dalam momen paling emosional dalam serial ini, ia harus membuat keputusan tersulit dalam hidupnya — menyelamatkan ibunya, atau membiarkannya mati bersama ayahnya yang kejam. Ia akhirnya memilih I-shin. Ia menyeret tubuh ibunya keluar dari api, berulang kali memanggilnya “Ibu” dan memohon agar ia bangun. Ketika akhirnya I-shin membuka mata, air mata mengalir di pipinya. Ia berbisik bahwa selama ini ia hanya ingin membebaskan Su-yeol dari dirinya — dari darah kotor dan dosa masa lalu yang menempel pada mereka berdua.

Setelah kejadian itu, polisi tiba dan membawa I-shin kembali ke tahanan. Jeong-ho sendiri yang mengantarnya ke penjara, dan di dalam mobil, mereka berbagi percakapan terakhir yang penuh makna. I-shin mengucapkan terima kasih karena Jeong-ho telah merawat dan membesarkan Su-yeol dengan baik, sesuatu yang tak bisa ia lakukan sebagai seorang ibu. Ia menerima takdirnya dengan tenang.

Di sisi lain, unit Su-yeol kembali kompak dan menerima dirinya kembali sebagai bagian dari tim. Mereka juga mengadopsi Eun-ae, anak kecil yang berhasil diselamatkan dari tangan sang pendeta. Kehadiran gadis itu menjadi simbol harapan baru di tengah tragedi panjang yang telah mereka lalui.

Dua tahun kemudian, kehidupan berlanjut. I-shin kini menjalani hukumannya di penjara Anwon, bukan lagi di sel isolasi, tetapi di bagian umum bersama tahanan lain. Di waktu luangnya, ia menggambar — dan yang ia lukis bukan masa lalunya yang gelap, melainkan Su-yeol, Jung-yeon, dan dua anak mereka yang terlihat bahagia. Ia tidak lagi haus balas dendam; kini yang tersisa hanyalah kerinduan seorang ibu yang terlambat menebus kasihnya.

Namun ketenangan itu terusik ketika berita di televisi mengabarkan kematian Jeong-ho. I-shin tampak terpukul — meski tidak ada lagi hubungan darah atau ikatan batin, ia tahu Jeong-ho adalah satu-satunya orang yang benar-benar memahami dirinya dan Su-yeol. Tak lama kemudian, Su-yeol datang menjenguk bersama Na-hee, yang kini sudah sembuh dari luka-lukanya. Mereka menatap I-shin di balik kaca ruang kunjungan, dan suasana menjadi hening. I-shin menatap mereka dengan tatapan tajam, seolah menuntut jawaban yang belum pernah ia dapatkan.

Review Episode 8

Episode terakhir Queen Mantis menutup kisah kelam ini dengan cara yang sama intensnya seperti awalnya. Penulis berhasil memadukan tragedi, misteri, dan psikologi keluarga menjadi satu kesatuan yang emosional. Meski beberapa penonton mungkin merasa bahwa subplot tentang ayah I-shin dan masa lalunya terasa sedikit berlebihan, twist itu justru memberi dimensi baru bagi karakternya.

Pastor Jeong, yang sebelumnya terlihat seperti kakek penyayang, ternyata menyimpan rahasia gelap yang menjelaskan mengapa ia begitu takut jika Su-yeol kembali dekat dengan ibunya. Ia bukan pelindung, tapi pelaku dosa besar yang bersembunyi di balik topeng kesalehan.

Konfrontasi di gereja menjadi salah satu adegan paling berkesan sepanjang seri. Momen itu mengubah I-shin dari sosok psikopat tanpa arah menjadi karakter tragis yang sadar sepenuhnya akan dosanya. Ia tidak lagi tampil sebagai penjahat murni, tetapi sebagai wanita yang hidup dalam trauma dan mencoba mencari makna dari kehancuran yang ia ciptakan sendiri. Berbeda dari A-ra yang tenggelam dalam delusi, I-shin sadar bahwa semua penderitaan ini adalah akibat perbuatannya sendiri.

Hyun-jung yang memerankan I-shin berhasil menampilkan rentang emosi luar biasa — dari kebencian, rasa bersalah, hingga kasih sayang seorang ibu yang patah hati. Sementara itu, Dong-yoon sebagai Su-yeol tampil lebih matang di episode ini. Dengan sedikit dialog, ia berhasil menyampaikan kepedihan dan dilema moral yang dialaminya. Penonton bisa merasakan bagaimana kenangan masa kecilnya yang penuh manipulasi kini runtuh, dan bagaimana ia akhirnya berdamai dengan kebenaran yang pahit.

Seperti episode-episode sebelumnya, Queen Mantis tetap mempertahankan nuansa gelap dan simbolisme yang dalam. Pantai yang beberapa kali disebut dalam flashback kembali terasa relevan — simbol dari masa kecil yang penuh cinta, satu-satunya kenangan murni sebelum semuanya hancur. Kini, Su-yeol akhirnya mengingatnya kembali, dan itu menjadi tanda bahwa lingkaran penderitaan keluarganya telah berakhir.

Namun, seperti biasa, bagian A-ra menjadi sisi lemah dari penutupan ini. Meskipun kisah cintanya yang obsesif terhadap I-shin memiliki potensi menarik, eksekusinya terasa terburu-buru dan tidak sehalus bagian lain. Motifnya untuk mati bersama I-shin terasa lebih melodramatis daripada tragis. Untungnya, segmen itu selesai di awal episode sehingga tidak mengganggu fokus utama: penebusan I-shin dan kebangkitan Su-yeol.

Pada akhirnya, Queen Mantis Episode 8 bukan hanya penutup dari sebuah kisah kriminal, tetapi juga refleksi tentang dosa, pengampunan, dan cinta yang salah arah. Serial ini menunjukkan bahwa tidak semua luka bisa sembuh, tapi beberapa orang tetap memilih untuk hidup dan memperbaiki apa yang tersisa.

Dan bagi I-shin, meskipun ia hidup di balik jeruji besi, untuk pertama kalinya ia benar-benar bebas — bebas dari kebencian, dari delusi, dan dari dosa yang selama ini membelenggunya.

Queen Mantis Episode 7 | All Recaps


Recommended for You

About the Author: masasha

Penyuka drama Korea, film, dan serial lainnya. Mengelola web ini sejak 2012 sampai saat ini.
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments