
Episode ketujuh dari Queen Mantis dibuka dengan suasana emosional yang mendalam. Jung-yeon, yang selama ini berjuang menghadapi kenyataan hidupnya, mendapati dirinya hamil. Kabar itu datang di saat yang begitu tidak terduga, ketika hidupnya sedang berada di tengah kekacauan besar. Ia memutuskan tinggal bersama A-ra untuk menenangkan diri dan mencoba memahami apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Namun ketenangan itu tidak berlangsung lama, karena Su-yeol datang untuk menjemput mereka menuju pemakaman Min-jae.
Sebelum lanjut Recap Queen Mantis Episode 7, kalau kamu belum baca episode sebelumnya, silahkan baca di recap episode 6.
Di pemakaman itu, suasana duka bercampur dengan konflik yang menekan. Ayah Min-jae membuat keributan besar, tak bisa menerima kematian anaknya. Di tengah kekacauan itu, Su-yeol mengambil alih peran sebagai pelayat utama — seperti seorang kakak yang kehilangan adiknya sendiri. Ia berusaha menjaga wibawa dan ketenangan, meski di dalam dirinya bergolak rasa bersalah dan kehilangan yang dalam.
Setelah pemakaman, Su-yeol dan Jung-yeon berbincang di tepi pantai, mengenang masa lalu yang mereka bagi bersama Min-jae dan I-shin. Ia bercerita tentang alasan di balik pilihannya menjadi seorang polisi — bukan karena cita-cita, tapi untuk membuktikan bahwa dirinya berbeda dari I-shin. Kini, setelah kasus yang selama ini ia kejar berakhir, Su-yeol merasa kehilangan arah. Jung-yeon mencoba menenangkannya, memberi pelukan dan kata-kata penghiburan. Mereka berdua saling menguatkan dan memperbaiki hubungan yang sempat retak. Di sisi lain, A-ra yang biasanya dingin dan tidak menyukai hewan, kali ini mencoba bercanda dengan anjing peliharaan mereka untuk membuat suasana sedikit lebih ringan.
Namun ketenangan itu tidak bertahan lama. Sebuah kasus pembunuhan baru muncul — kali ini dengan pola yang meniru pembunuh sebelumnya. Korbannya adalah seorang dokter, dan kejadiannya tampak berantakan, seolah dilakukan oleh peniru yang belum berpengalaman. Detektif Jeong-ho merasa Su-yeol harus kembali bergabung untuk menyelesaikan kasus ini. Bahkan Jung-yeon pun mendesaknya untuk kembali bekerja, percaya bahwa hanya dia yang bisa memecahkan misteri baru ini. Saat Su-yeol kembali bertugas, Jung-yeon sementara waktu tinggal di rumah A-ra. Di sana, ia akhirnya mengungkapkan kehamilannya. Ia mengatakan bahwa meskipun Su-yeol merasa tidak layak untuk dicintai, ia akan tetap mencintai dan mendukungnya sepenuh hati. A-ra hanya menanggapinya dengan senyum tipis dan berkata bahwa ia iri — entah benar atau tidak.
Ketika Su-yeol pergi untuk kembali ke unitnya, A-ra menunjukkan perubahan sikap. I-shin yang sebelumnya sempat berjanji untuk bekerja sama kini menarik diri dari kesepakatan, membuat Na-hee kesal. Na-hee menuduh I-shin tidak benar-benar peduli pada putranya. Namun I-shin membalikkan tuduhan itu dengan menyentuh titik lemah Na-hee: masalah hak asuh anaknya sendiri. Ia mengingatkan bahwa Na-hee dulu mendorong putranya untuk memilih tinggal bersama ayahnya, padahal itu melukai hati anak tersebut. Meski I-shin terdengar kejam, kata-katanya mengandung kebenaran pahit yang membuat Na-hee geram. Ia menuduh I-shin memanfaatkan anaknya demi kepentingan pribadi, sementara I-shin hanya tertawa sinis. Namun saat ia sendirian, wajahnya berubah. Tawa itu hilang, berganti kesedihan yang jarang ia tunjukkan.
Ketika Su-yeol kembali ke markas, suasana terasa dingin. Rekan-rekannya menyambutnya dengan tatapan curiga. Hanya Na-hee yang mencoba bersikap netral dan membentuk gencatan senjata — bagaimanapun juga, mereka harus bekerja sama untuk menangkap pembunuh baru ini.
Sementara itu, I-shin kembali berhubungan dengan peniru pembunuh itu. Ia menerima panggilan telepon dari sosok yang mengaku sebagai Yeon-joong. I-shin mencemooh lawan bicaranya, membuat Yeon-joong marah besar. Dalam kemarahannya, Yeon-joong mengaku bahwa ia membunuh Min-jae demi melindungi I-shin dan putranya. Ia percaya bahwa berkat perbuatannya, Su-yeol kini bisa hidup tenang. Namun justru pada momen inilah I-shin dan Su-yeol menyadari hal yang mengejutkan — Yeon-joong sebenarnya adalah A-ra.
Kebenaran itu membuat potongan-potongan masa lalu tersusun dengan jelas. A-ra ternyata hadir di saat Min-jae mempermainkan Su-yeol dan Jung-yeon. Ia juga menjadi orang yang memperkenalkan Jung-yeon kepada Su-yeol sejak awal. Semua seolah sudah direncanakan dengan teliti.
Saat polisi berusaha menghubungi A-ra dan Jung-yeon, A-ra mematikan ponselnya dan tersenyum dingin. Ia kemudian mengajak Jung-yeon pergi dengan mobilnya. Ketika mereka berhenti di pom bensin, Jung-yeon diam-diam menyalakan kembali ponselnya dan terkejut melihat pesan-pesan peringatan dari Su-yeol. Ia mencoba melarikan diri, namun A-ra hanya tertawa melihat usahanya.
Su-yeol segera mengirim mobil patroli ke lokasi persembunyian Jung-yeon, tetapi terlambat. A-ra membunuh kedua polisi yang datang. Ia memperkenalkan dirinya kepada Jung-yeon dengan nama aslinya, Yeon-joong, lalu menculiknya. Sebagai pesan terakhir, ia mengirimkan kabar mengejutkan kepada Su-yeol — bahwa Jung-yeon sedang mengandung anaknya.
A-ra membawa Jung-yeon ke tempat persembunyiannya di masa kecil, sebuah lokasi terpencil yang penuh kenangan gelap. Di sana, Jung-yeon mencoba memancing emosi A-ra, tapi wanita itu hanya menanggapinya dengan tenang, bahkan dengan kebanggaan yang aneh. Ia mengatakan bahwa Jung-yeon hanyalah “mainan” baginya. Ia bahkan bercerita bahwa sebelumnya ia mencoba mengenalkan beberapa perempuan lain kepada Su-yeol, sebelum akhirnya pria itu memilih Jung-yeon. Ia mengaku melakukan semua itu karena merasa berhutang budi kepada I-shin, yang dulu “melindunginya”.
Dalam keadaan kacau itu, A-ra menelpon I-shin dan mulai berbicara seolah sedang menikmati permainan. Ia menyebutkan niatnya untuk membunuh Jung-yeon, dan meskipun I-shin berusaha bersikap dingin, ia akhirnya menawarkan dirinya sendiri sebagai pengganti. A-ra menerima tawaran itu tanpa ragu.
Su-yeol menjadi dilema. Ia tahu bahwa jika I-shin datang, A-ra pasti akan membunuhnya. Namun I-shin menegaskan bahwa inilah yang diinginkannya — sebuah kesempatan untuk menebus dosa masa lalunya. Ia merasa tidak adil jika dirinya dipenjara karena membunuh para pelaku kekerasan, sementara A-ra yang membunuh orang tak bersalah bisa bebas berkeliaran. Ia ingin menutup hidupnya dengan sesuatu yang bermakna, bahkan jika itu berarti mati di tangan A-ra.
Di markas polisi, beberapa anggota tim mulai curiga. Sung-gyu bahkan berteori bahwa Su-yeol, A-ra, dan I-shin sebenarnya bersekongkol untuk melarikan diri bersama. Na-hee memarahinya karena tuduhan itu tidak berdasar, tapi diam-diam ia juga merasakan kebingungan yang sama. Ia bisa memahami ketakutan Su-yeol, namun ia juga tak bisa mengabaikan kemungkinan bahwa A-ra dan I-shin memang bekerja sama, dan Su-yeol hanyalah alat dalam permainan mereka.
Komisaris Hong awalnya menolak rencana penangkapan karena terlalu berisiko, tetapi Jeong-ho mengambil alih tanggung jawab. Ia memberitahu Su-yeol tentang teori pelarian itu. Su-yeol terkejut — bukan hanya karena tuduhan itu, tapi juga karena ia menyadari dirinya benar-benar percaya pada niat tulus I-shin. Ia tidak bisa lagi membedakan antara tugas dan perasaan pribadi.
Namun tanpa sepengetahuan Su-yeol, Komisaris Hong memberikan perintah khusus kepada Sung-gyu, Hyuk, dan Na-hee: jika A-ra dan I-shin tidak bisa ditangkap hidup-hidup, mereka harus ditembak mati di tempat.
I-shin tiba di Woongsan, tempat pertukaran sandera akan berlangsung. Ia menerima alat pelacak, tapi menolak mengenakan rompi antipeluru. Dengan nada bercanda, ia berkata bahwa semua orang tampaknya menginginkan kematiannya. Su-yeol menatapnya dengan perasaan campur aduk dan mengatakan bahwa tidak semua orang menginginkan hal itu — terutama dirinya. Tepat setelah itu, A-ra menelepon dan memberikan instruksi untuk pertukaran. Sebelum berangkat, Su-yeol memborgol I-shin, tetapi diam-diam memberinya kunci borgol itu. Ia tahu, ini bisa jadi pertemuan terakhir mereka.
Review Episode 7
Dari sisi kualitas drama, episode ini memunculkan reaksi beragam dari penonton. Penampilan Han Dong-hee sebagai A-ra dinilai cukup mengejutkan, meski tidak semuanya positif. Banyak yang merasa bahwa karakternya seperti meniru gaya akting Ko Hyun-jung, tapi tanpa kedalaman yang sama. Transformasi A-ra dari sosok tenang menjadi pembunuh psikopat terasa terlalu mendadak dan kurang memiliki dasar psikologis yang kuat. Pergeseran karakter yang ekstrem itu membuat penonton merasa seperti tersentak — seolah perubahan itu tidak dibangun dengan alami, melainkan dipaksakan demi menciptakan kejutan.
Selain itu, serial ini juga masih meninggalkan beberapa lubang cerita yang belum dijelaskan dengan baik, terutama terkait masa lalu A-ra. Pada episode sebelumnya, seorang perawat mengungkap bahwa A-ra pernah melakukan transisi gender demi mempermudah dirinya melakukan pembunuhan. Namun hingga kini, drama ini belum memberikan penjelasan yang memadai tentang hal itu. Polisi hanya berspekulasi bahwa A-ra mungkin menderita disforia gender, tetapi di sisi lain A-ra sendiri dengan mudah menggunakan nama laki-lakinya yang lama, seolah-olah identitas barunya hanyalah alat, bukan bagian dari jati dirinya.
Namun terlepas dari kekacauan di sekitar karakter A-ra, hubungan antara Su-yeol dan I-shin tetap menjadi inti emosional dari drama ini. Kedekatan mereka terasa nyata dan menyentuh, karena dibangun dari rasa sakit dan kesalahan masa lalu. Cara Su-yeol perlahan menerima ibunya — meski tahu bahwa I-shin memiliki masa lalu kelam — terasa begitu manusiawi. Ia tidak lagi memandang ibunya sebagai penjahat, melainkan sebagai seseorang yang juga berjuang mencari penebusan. Di sisi lain, I-shin menjadi sosok yang kompleks dan tragis. Ia gila, tapi cintanya pada anaknya begitu nyata. Ia ingin menebus dosa, tapi juga ingin melindungi orang yang ia cintai, meskipun harus mengorbankan dirinya sendiri.
Pertanyaannya kini, apakah I-shin benar-benar ingin menebus dosanya, atau sebenarnya ia memang bekerja sama dengan A-ra untuk melarikan diri seperti dugaan orang-orang di sekitarnya? Ambiguitas inilah yang menjadikan I-shin salah satu karakter anti-hero paling menarik di dunia drama Korea modern. Ia bukan sekadar “ibu berdosa” atau “pembunuh yang menyesal”, tapi simbol dari kompleksitas moral — seseorang yang bisa mencintai dengan tulus namun tetap tega melakukan kekerasan atas nama cinta itu sendiri.
Episode ketujuh ini berhasil menegaskan bahwa Queen Mantis bukan hanya drama kriminal biasa.
Di balik misteri dan darah yang tumpah, ada kisah tentang luka batin, kesalahan, dan cinta yang salah arah. Drama ini terus bermain di antara garis tipis antara keadilan dan pembalasan, antara penyesalan dan obsesi. Dan dengan akhir episode yang menggantung, penonton dibuat bertanya-tanya: apakah Su-yeol mampu menyelamatkan dua wanita terpenting dalam hidupnya, atau justru harus kehilangan keduanya untuk selamanya?
Queen Mantis Episode 6 | Queen Mantis Episode 8