Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tentang Blog yang Tak Pernah Mati Meski Pemiliknya Hampir Menyerah

Kadang aku merasa blog ini seperti makhluk hidup.

Ia lahir, tumbuh, sakit, kadang koma… tapi entah bagaimana selalu menolak mati. Mungkin karena di setiap baris HTML-nya, ada bagian kecil dari diriku yang juga menolak menyerah.

Sudah dua belas tahun lebih aku bersama domain ini — sebuah alamat yang mungkin bagi orang lain cuma rangkaian huruf acak, tapi bagiku seperti rumah tua yang sudah menyimpan terlalu banyak cerita.

Dulu aku bangun pagi dengan semangat menulis. Sinopsis drama Korea, review film India, kadang juga tulisan-tulisan aneh yang lahir dari kantuk dan kopi dingin.

Tiap komentar dari pembaca seperti bensin untuk terus menyalakan semangat kecil itu.

Lalu waktu berjalan.

Blog berubah platform, hosting berganti, tema berganti, plugin rusak, SSL error. Entah sudah berapa kali aku menatap layar sambil bergumam, “Sudah, cukup.”

Tapi tiap kali aku benar-benar ingin menutup semuanya, ada sesuatu yang membuatku kembali membuka dashboard.

Seolah blog ini berbisik, “Hei, aku belum selesai.”

Tentang Blog yang Tak Pernah Mati Meski Pemiliknya Hampir Menyerah

Lucunya, blog ini tetap ada bahkan ketika aku sudah hampir menyerah.

WordPress sempat mati, server bermasalah, tapi entah bagaimana versi lamanya masih tersisa di Blogspot.

Seperti rumah tua yang atapnya bocor tapi fondasinya masih kokoh.

Aku buka satu per satu artikelnya — ada tawa, ada masa-masa penuh harapan, ada gaya menulis yang dulu terasa malu-malu tapi jujur.

Dan di situ aku sadar: mungkin yang aku cari bukan lagi kesempurnaan teknis, tapi rasa “hidup” itu sendiri.

Sekarang aku kembali di Blogspot — platform sederhana yang dulu dianggap “masa lalu”.

Tapi jujur saja, aku merasa lega.

Tidak perlu lagi mikir SSL, server down, atau DNS gagal sinkron. Cukup buka editor, menulis, lalu klik publish.

Sesederhana itu.

Mungkin memang harusnya sesederhana itu sejak awal.

Aku tahu, mungkin aku kehilangan banyak hal.

Traffic, ranking, ribuan URL yang kini jadi 404.

Tapi anehnya, aku tidak terlalu peduli.

Karena aku tidak menulis untuk algoritma.

Aku menulis karena kadang satu kalimat bisa menyelamatkan pikiranku sendiri. Dan kalau nanti ada satu orang saja yang membaca, lalu merasa sedikit lebih baik, bukankah itu sudah cukup?

Jadi, inilah aku sekarang —

bukan blogger sukses, bukan pengelola situs besar,
hanya seseorang yang masih menulis karena belum bisa berhenti mencintai kata-kata.
Blog ini mungkin tak sepopuler dulu, tapi ia tetap bernapas.
Dan mungkin, itu sudah cukup bagiku saat ini.

Jika suatu hari nanti blog ini benar-benar mati, aku ingin ia dikenang bukan sebagai situs yang gagal,
tapi sebagai tempat di mana seseorang berjuang sekuat tenaga untuk tetap hidup lewat tulisan.
“Blog yang tak pernah mati, meski pemiliknya hampir menyerah — mungkin karena keduanya, pada dasarnya, sama-sama keras kepala.”

Posting Komentar untuk "Tentang Blog yang Tak Pernah Mati Meski Pemiliknya Hampir Menyerah"